Kamis, 17 November 2011

bisu-bisu

“hai, Daudrie..aku minjem motormu dong....”, aku merayu Daudrie. Dia adik tingkatku di Educational Radio. Tanpa bilang, dia cuma mengasih kunci motor, beserta STNKnya juga. Dan dia sambil tersenyum, itu dilakukannya agar aku tidak menilai bahwa dia sedang marah hari ini. “motornya dikasih juga gak?”,”dipinjemin aja ya bang...”, jawab Daudrie. Oh, Daudrie, ternyata kebaikanmu juga besar melebihi badanmu. J

Akhirnya, tibalah aku dengan Arif (gitaris belum handal “The Enak Gak”) di atas motor Daudrie. Aku tidak berdiri di atas motor, melainkan duduk di atas jok motor. Itu aku berdua, agar kalian tahu, bahwa kami akan pergi ke Galeri Nasional. Dia (Galeri Nasional) berada di kawasan Jakarta Pusat, dekat Stasiun Gambir, jauh dari Pasar Induk Kramat Jati.

Ada apa dengan Galeri Nasional, sehingga aku harus ke sana? kalau kamu mau tahu jawabannya, ini aku kasih ya. Waktu itu di sana, ada pameran seni rupa. Tetapi tujuan kami berdua ke sana adalah ingin melihat pemutaran video klip musik musik tanah air Indonesia tahun 90an. Aku sadar, kenangan itu diciptakan untuk dikenang, untuk direnungi kembali, dan yang pasti untuk dinikmati.

Tetapi sebentar. Sebelum sampai ke tujuan yaitu Galeri Nasional, maka aku beritahu kamu rute jalan yang kami lewati. Agar dengan itu, jika kamu mau ke sana, tidak perlulah mengikuti jalur yang kami lewati.

“buset, nih motor berat banget tarikannya..” kataku kepada Arif. “ngangkut Daudrie tiap hari nihhh..!”, bales Arif, kalau nama Fbnya “lip lip alip”. Edaaan! tapi gak kenapa. Alhamdulillah dikasih pinjem. Daripada dikasih makian sama yang punya. Ogaaaahhhhhh.

Menikmati indahnya fly over di Jl. By Pass, Rawamangun. Menikmati tingginya motor Daudrie daripada Busway, daripada truk kontainer, ataupun dari pada bis bis kota lainnya. Iya, itu karena kami sedang menaiki fly over, sedangkan mereka tidak.

Dan beginilah Jakarta. Tepatnya di jalan ke arah Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat, maka kami melewati polisi tidur. Oh, seandainya aja itu polwan tidur, maka aku gak akan melewatinya. Maka tahulah kamlian semua kenapa dinamakanyya polisi tidur bukan polwan tidur.

Sampailah kita di daerah Poncol. Kenapa lewat sana? Yah karena kami ingin makan soto mie dulu. Soto mie ada dari sebelum aku lahir. Coba kalian bayangkan, ketika aku masih kecil atau balita, semut-semutpun masih kecil. Dan sekarang, aku sudah besar, tapi semut masih saja kecil.

Setelah menikmati sotomie, kita mulai berangkat menuju Galeri Nasional, tujuan kami sebenarnya. Tapi sebentar, kita isi dulu motornya Daudrie dengan bensin, dan aku berlangganan terhadap perusahaan milik negara agar motor ini bisa meminum bensin.

“lo diem aja ya, kalo mau ikutin gue!”, itu aku yang berbicara ke si arif. “hoh..hoh..”, aku menunjuk ke jenis Premium sambil mengacungkan jari untuk memberitahu petugas pengisian bensin kalau aku membeli bensin dengan harga Rp 10.000,-. Sambil mengisi aku menyilangkan tanganku di dadaku untuk mengajak ngobrol dengan si petugas. “hah..hoooh..hoooh..” ahhh, aku mulai mengajak bicara dengan pola jari yang aku sendiri gak tau artinya apa. Dia Cuma senyum – senyum gitu. Si Arif juga. Ehh, si petugas bensnin juga ikut menyauti dengan bahasa tubuhnya, yang aku sendiri nggak ngerti artinya. Edaaannnn....

Udahlah, gak usah banyak berbasa-basi di pom bensin, liat dibelakangku masih banyak antrian. “ngeeenng.....” seperti itulah bunyi motor yang kita naiki. Dan letika sampai di Galeri Nasional, aku ingin menuju toilet, dan kau tahu kalau toilet di Galeri Nasional, namanya adalah “Gudang Transit!”

Muharram, 2011 Masehi