Sabtu, 28 Mei 2011

balon pizza

Bagi siapapun yang ada di luar Jakarta, ketahuilah olehmu bahwa di Jakarta punya Universitas Negeri. Dan aku harus bangga kuliah di sana, karena di sanalah aku mengetahui kalau Jakarta adalah negeri, bukan kota. Wahai kampusku, mudah mudahan kamu juga bangga padaku karena aku menjadi mahasiswamu. Setuju ya?.

Dan kalau kau ada di kampusku waktu itu, maka kau harus melihatku. Lihatlah, aku sedang duduk di depan markas radio kampus dengan celana pendek dan kaos. Maklumlah, semalam aku tidak meniduri siapapun. Melainkan aku meniduri karpet yang ada di dalam Educational radio. Dan kau kuberitahu, aku sedang menunggu Reno, dia adik kelasku di kampus. Iya aku menunggunya, karena dia berjanji untuk meminjami Vespa punyanya. Sampailah aku untuk sms ke Reni dan Juli. “Jul, semalem celana dalem gue muat gak lo pake?”, itu aku sms ke Reni, hehehe, seolah olah aku sms ke Juli.”Ren, semalem jadi meluk guling gak?”, itu aku sms ke Juli, seolah olah aku sms Reni.

Dan kau lihat sudah banyak burung di kampusku jika siang hari, begitupun dengan gunung. Dan mobilpun sudah memenuhi parkirannya masing masing. Sayang kau tidak di sana. Dan kalau kau tahu, bahwa sesungguhnya Reno, sudah berada di parkiran motor. “bang Bob, maaf. Telat”, kata Reno, “ahh, gak kenapa No, adik gue yang perempuan telat 2 hari, katanya biasa”, itu kataku, mengikuti kata Citra, adikku.

Akhirnya akupun sudah menaikki motor Vespanya Reno untuk memenuhi ajakan teman lama makan siang di sebuah restoran Pizza. Uh, Pizza itu apa ya? Masa kau tidak tahu, aku saja tahu.

Sesampainya aku di restoran Pizza, sudah banyak orang di sana. Ah, tapi aku tidak kenal. Aku hanya kenal pada dua orang gadis yang duduk di meja pojok. “kakak?”,” eh, Bang Bob..”, aih itu kakak Vani. Dia dateng dengan si Nilam. “Kak, aku ke kamar mandi dulu ya, mau wudlu..”.

Wudlu, itu harus kulakukan agar aku bersih. Dan aku mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada pihak restoran Pizza itu, karena sudah menyiapkan kami kursi untuk duduk. Itu membuat kami tidak perlu membeli kursi lagi. Repot!

Sampailah pada perbincangan yang tidak serius antara kami bertiga. Membuat kami bertiga layaknya para host dan komentator siaran olahraga. Kalau kamu tidak pernah menonton siaran olahraga, maaf saja, mungkin kamu tidak tahu. Dan kalau kau tidak sedang bersamaku waktu itu, ini aku kasih tahu, biar kamu tahu. Ataupun saat itu kamu juga ada disana bersamaku, tapi apakah mungkin karena kita tidak saling kenal.

Dan mbak waitress datang menghampiri kami. Aku lupa namanya. Ohh, bukan, aku sengaja untuk tidak kenal dia agar nantinya aku tidak usah sayang kepadanya. Kan, tak kenal maka tak sayang. Dia menawari kami dengan berbagai menu yang ada. Dan dia pergi lagi ketika kami sudah memesan. Lalu dia datang lagi mengantar pesanan kami. Lalu dia pergi lagi. Tak lama dia datang lagi untuk mengambil piring yang sudah kotor. Dia pergi lagi membawa piring yang kotor itu. Dia datang lagi untuk mengambil gelas yang sudah kotor. Dan dia pergi lagi untuk membawa yang sudah kotor. Ohh, mbak waitress. Maafkan diriku, sesungguhnya itu adalah piring dan gelas meja sebelah yang aku pakai untuk meletakkan saus dan membagi dua minumanku. Dan kau tersenyum, karena melihat mukaku yang kata kamu, aku ini tidak ganteng juga keren.

Pada hari yang sama dengan aku pergi ke restoran Pizza, maka itu bertepatan dengan tahun baru Muharram. Tahun barunya anak yatim. Dan dengan mengaku bahwa kakak Vani adalah anak yatim, maka kami pun mendapat bonus 3 buah balon..

Muharram, 2010